Isu.co.id Jakarta, 29 April 2025 – Perum Perhutani terus memperluas kiprahnya dalam pengembangan energi hijau melalui proyek biomassa yang menjadi bagian dari energi baru terbarukan (EBT). Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR RI di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (29/4), Perhutani memaparkan progres program Hutan Tanaman Energi (HTE) dan pembangunan tiga pabrik biomassa yang akan memperkuat bauran energi nasional.
Direktur Utama Perhutani, Wahyu Kuncoro, mengungkapkan bahwa hingga 2024 perusahaan telah mengelola sekitar 48.477 hektare kawasan hutan untuk tanaman energi. Proyek ini menjadi fondasi penting dalam penyediaan bahan baku biomassa yang ditujukan sebagai pengganti batu bara pada pembangkit listrik maupun untuk pasar komersial.
“Pohon-pohon yang kami tanam ini mengandung energi setara batu bara, namun jauh lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan,” ujar Wahyu dalam pemaparannya di hadapan anggota Komisi VI.
Tiga pabrik biomassa tengah disiapkan oleh Perhutani, yakni:
Pabrik di Pelabuhan Ratu, Sukabumi, kapasitas 11.500 ton per tahun, dengan investasi sebesar Rp 27 miliar. Ditargetkan mulai beroperasi pada kuartal II tahun ini.
Pabrik di Rembang, berkapasitas 14.300 ton per tahun, dengan investasi serupa sebesar Rp 27 miliar, dan dijadwalkan mulai beroperasi pada kuartal I 2026.
Pabrik komersial di Brumbung, difokuskan pada produksi wood pellet sebanyak 60.000 ton per tahun, dengan nilai investasi Rp 133,6 miliar. Target operasionalnya adalah kuartal IV 2025.
Wahyu menyebutkan bahwa pabrik biomassa di Sukabumi sudah hampir selesai proses commissioning, sementara dua lainnya masih dalam tahap konstruksi.
Namun di tengah upaya perluasan proyek energi terbarukan, Perhutani mencatat penurunan laba bersih pada 2024. Tercatat, laba bersih turun menjadi Rp 303 miliar dari Rp 502 miliar pada tahun sebelumnya. Wahyu menyebut gejolak politik dan ketidakpastian ekonomi menjadi penyebab utama melemahnya profitabilitas perusahaan.
“Di tengah tekanan global dan nasional, banyak perusahaan kehutanan yang mengalami kesulitan. Namun kami tetap mampu tumbuh secara rata-rata 6,7% dalam lima tahun terakhir,” tambahnya.
Pada tahun ini, Perhutani menargetkan laba bersih sebesar Rp 459 miliar. Sementara pendapatan sepanjang 2024 tercatat stagnan di angka Rp 5,5 triliun, sama seperti tahun sebelumnya. Target pendapatan 2025 dipatok naik menjadi Rp 5,7 triliun.
Penurunan juga terjadi pada EBITDA yang merosot dari Rp 757 miliar di 2023 menjadi Rp 528 miliar di 2024. Meski demikian, Perhutani optimistis EBITDA dapat meningkat menjadi Rp 711 miliar tahun ini. EBITDA margin saat ini sebesar 9,9% dengan rasio 1,57 kali.
Dari sisi aset, Perhutani mencatat kenaikan total aset dari Rp 17,9 triliun menjadi Rp 18,3 triliun sepanjang 2024. Wahyu menekankan bahwa aset-aset utama perusahaan berupa tegakan pohon dalam kawasan hutan negara yang dikelola sesuai amanah Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2010.
“Perhutani hadir sebagai pengelola hutan milik negara. Kami bekerja untuk menjaga, merawat, sekaligus memanfaatkan secara berkelanjutan,” pungkasnya.
(Redaksi – Biro Pusat Sitijenarnews)